pers mahasiswa LPM spirit mahasiswa universitas madura

media alternatif diantara media umum lainya

sesepuh (pemangku adat LPM spirit mahasiswa universitas madura

yang manakah yang paling ganteng, ayo tebak ?.

cerahnya para mahasiswa ini

kalau ini mana yang paleng jelek ?

mukernas PPMI nasional indonesia

para pengurus yang mengawangi (persatuan pers mahasiswa indonesia)

seram dan tampak (muka tua)

banyak yang iri dengan foto ini, termasuk saya sendiri !!!

Kamis, 27 Oktober 2011

Kode Etik Pemodal harus ada

Diakhir-akhir ini, kita sering mendengar perbedaan tekanan dan tantangan bagi para jurnalis Indonesia. Pada masa orde baru, para penyuara informasi ini dibungkam oleh penyaduran dan pembredelan pemerintah, dan pada saat ini, kebenaran yang wajib dipaparkan media terbentur dengan kepentingan pemodal atau pengiklannya. Diakui atau tidak, beberapa teori media sudah mengatakan demikian.

Meskipun ada Kode Etik Jurnalis, yang berlandaskan Pancasila dan dilindungi oleh Undang-undang, tak lantas membikin media dan pelakunya bertambah baik dalam kualitas pemberitaannya. Semua itu jelas, karena media umum saat ini memiliki pemahaman "perselingkuhan dari 3 power of Media". Yaitu : perselingkuhan Pemodal(pengiklan dan pemilik saham atau owner) dan Media itu sendiri, terhadap Market atau pasar(publik). Semua itulah sebenarnya sumber masalah yang di hadapi media saat ini untuk menjadi benar-benar pilar ke 4 demokrasi.

Bagaimana ingin berimbang atau berani dalam memberitakan suatu masalah, jika Media sendiri sudah berselingkuh dengan Pemodal dan pengiklan. Apalagi dengan dasar agar operasional media berjalan. Sampai-sampai terlontar dari seorang pelaku media,"Ya gimana mas.. kalau kita tak berteman dengan pengiklan atau pemodal, kita bisa apa? siapa yang membayar para wartawan, layoter, dan percetakan".

Sungguh naif memang. Padahal, jika suatu media benar-benar bagus dalam menyuguhkan informasinya, publik juga mau membayar, dan jika pembaca melimpah ruah, toh pengiklan akan mengikuti apa kata Media. kenapa masih harus mengandalkan Pemodal dan apa kata mereka?

Mungkin sudah saatnya merumuskan ulang Kode Etik Jurnalistik dan sekalian membikin aturan bersama perihal KODE ETIK PEMODAL DAN PENGIKLAN. Agar keduanya sama-sama punya pagu dan kontrol yang jelas. Hal ini juga untuk kebaikan bersama. Kebaikan nama wartawan yang diolok-olok publik karena tak bisa memaksimalkan pekerjaannya karena mau ini-itu pemodal. Kebaikan Pemodal juga jika masyarakat semakin banyak yang membaca karena percaya. Dan Kebaikan yang lebih penting adalah untuk publik (pembaca) sebagai konsumen. Karena jika pemahaman publik baik akibat terpaan informasi media yang bndah pasti kehidupan bangsa ini.

Defy Firman Al Hakim, 2011

Kongres ke XI PPMI

Selasa, 25 Oktober 2011

Existence syndrome



Dalam catatan mengandung beberapa keinginan. Tercetusnya harapan, leganya keresahan, mengasah skill, tinimbang nganggor, agar ingat pada suatu hal, hingga keinginan untuk diperhatikan, yang biasa kita sebut sebagai existence syndrome .

Cinta, perjalanan, hari-hari yang pedas, hingga suasana ketika kita buang air tercatat rapi dalam catatan-catatan lusuh yang biasa kita banggakan. Hebat betul diri kita. karena kita sendiri yang mencatat catatan itu. Ke-aku-an sang penulis.


Tak ada yang salah memang. Itu adalah hak yang sudah dimiliki manusia modern- untuk eksistensinya.

Tapi sadarkah kita menjadi hakim agung yang kejam dalam catatan-catatan kehidupan kita ini? Apalagi ketika mencatat tentang orang-orang disekitar kita. Begitu nyamannya kita hingga lupa, siapa diri kita

Serentetan suasana yang mendukung eksistensi diri kita lahir dari sini.


Akhir-akhir ini aku menjadi resah tentang apa itu eksistensi. Naluri makhluk sosial memang, mencari tau siapa dan dimana posisi diri. Tapi, lagi-lagi kita akan lupa, bagaimana hal pencarian eksistensi itu tadi tak hanya baik untuk kita. Kepekaan dan kejelian hati nurani dipertaruhkan disini. Bagaimana kita bekerja keras untuk mencari eksistensi diri. Apakah kita mengesampingkan yang lain atau tidak.


Saya harap pencarian eksistensi diri ini tak mengurangi atau bahkan membunuh hak yang lain. Memang sulit, Tapi dari catatan "kehidupan" yang dipersembahkan untuk pengingat diri, saya menjadi ingat kembali akan ini.

Tepi kali Brantas, 2011



Kamis, 29 September 2011

Hati-Hati terhadap Media Massa kita


Kita sebagai manusia memang wajib berkembang, mengisi ketidak tahuan kita terhadap sesuatu yang sebelumnya belum diketahui. Memang itu lah fungsi Tuhan menganugerahi otak untuk alam berfikir kita, sebagai landasan kita bertindak. Semakin banyak manusia mengetahui sesuatu menjadi wajib hukumnya. Tujuannya jelas, memperbaiki kualitas kehidupan manusia itu sendiri.

Seperti yang dikatakan Aristoteles, "menggambarkan pengetahuan sejati akan menjelaskan “sebab-musabab” terjadinya sesuatu, yang bertitik-tolak pada aksioma-aksioma sebagai dasar dari pengetahuan. Aksioma-aksioma harus menyatakan sebab-sebab yang paling akhir (final cause), yang menjelaskan fakta dan diungkap oleh dalil-dalil. Bagi Aritoteles, di sinilah pentingnya persepsi dan pengalaman. Hal ini jelas untuk suatu kehidupan yang sejahtera dan lebih hakiki. Untuk lebih memudahkan manusia memenuhi apa-apa kebutuhan lahiriyah serta batiniyahnya.

Itu gambaran idealnya. Akan tetapi jika kita mau realistis dalam melihat dan memperhatikan di era super information ini. Seharusnya jika manusia ada pada kondisi peradaban seperti ini, wajarnya peradabannya akan sangat jauh lebih baik dari sejarah yang lalu. Pertanian, Kesehatan, Kesejahteraan akan melimpah ruah. yang akhirnya menyebabkan keindahan kehidupan di bumi ini. tapi sekali lagi, itu idealnya. Coba kita benar-benar liat dan rasakan, perkembangan otak dan pemikiran kita yang berimbas pada semakin majunya teknologi tak berimbas pula pada kesejahteraan manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
Ada apa dengan semua ini? seperti ada suatu kejanggalan yang sangat timpang antara idealnya dengan realitas. dan seolah-olah semua ini adalah by setting.

Ditinjau dari era Informasi dan komunikasi massa.
Kita pasti tahu, peralihan zaman menggiring kita pada suatu babak kini-era informasi dan komunikasi. Dimana semuanya, tergantung pada informasi dan komunikasi yang kita lahap setiap harinya. Semua proses pemasukan informasi tersebut tak lain dari berbagai media yang bersifat massa atau masive, mulai TV hingga reklame di jalan-jalan.

Semuanya seolah-olah kita telan mentah-mentah. kita tak berdaya memfilter rentetan informasi dari media tersebut. Meskipun sering diantara kita sadar bahwa yang disampaikan media massa banyak yang mengandung unsur yang tidak baik.

Tak percaya?
Coba kita lihat lebih detail. Dari sebuah sinetron. Kita sama-sama tahu, bahwa yang ditampilkan sinetron di TV-TV tak lain hanya : bagaimana kita mencintai pasangan, selingkuh, berebut warisan, saling telikung dan hal- hal yang tak baik lainnya. Tapi lihat saja, kit a tetap senang di didik Sinetron seperti itu. Kita akan menanti-nanti siapa yang menang dalam perebutan cinta, penelikungan, atau perebutan warisan itu.

Contoh lainnya adalah Infoteiment. Sadar atau tidak, salah satu menu harian kita ini (infoteinment) adalah instrument tercepat untuk membelokkan moral dan nilai luhur masyarakat kita. Kita mungkin sekarang sangat familiar dengan istilah "perceraian". Alih-alih perceraian saat ini sudah menjadi trend. Inilah salah satu yang diangkat infoteiment kita. Diamana keberlangsungan pemberitaan sebuah perceraian membawa kita pada pembelokan makna. Kalau dulu proses cerai dengan pasangan adalah hal yang sangat memalukan. Bahkan Tuhan pun tak menyukainya. Tapi apa yang terjadi saat ini? karena setiap hari membicarakan perceraian, seorang artis dikatakan keren jika dia sering mandar-mandir KUA untuk mengurusi surat perceraian dan nikah. Berarti dia Keren dan laku. Kita semua mengamini itu. tanpa bisa kita berbuat apa-apa. Jika ada orang sering cerai, berarti dia laku keras.

Contoh lain yang membuat saya geram adalah dari sisi pemberitaan atau news. Disadari atau tidak, beberapa tahun ini, kita selalu disodori sesuatu masalah yang tak pernah tuntas. berbagai kasus yang diangkat tak pernah sampai pada akhir. bahkan tak pernah tuntas saat pemaparan beritanya. Kasus BLBI, GAYUS, KPK, AMBALAT, KPU, KEJAGUNG, KEMISKINAN, KORUPSI, dll, semuanya tak pernah tuntas.

Hal ini jelas akan mempengaruhi alam bawah sadar kita. Bahwa kita tak pernah bisa tuntas melakukan apapun. Di berbagai sektor kita pun jarang dan mungkin tak pernah mendengar sesuatu yang membanggakan dan membuat kita semangat untuk jadi orang Indonesia. Dari pemberitaan Politik, Sosial, Budaya, Ekonomi, Teknologi, dan bahkan olah raga tak pernah kita mendengar sebuah kebaikan (kalaupun ada perbandingannya sangat jauh). Hal ini jelas, akan menumbuhkan rasa tak percaya bahwa negeri ini bisa maju.
Dan masih setumpuk contoh-contoh kelalaian publik terhadap setingan pemahaman media umum. Seperti dibidang musik industri, seni, dll.

Lihatlah beberapa contoh yang telah dipaparkan. Bagaiamana kerja mempengaruhi publik secara menyeluruh dan merata melalui media. Dan hal ini disebut oleh ahli opini publik sebagai "Sigil of media" atau sihir sigil media.
Sihir yang bukan diserangkan melalui jampi-jampi atau mantra-mantra mbah dukun. Akan tetapi melalui sistematika conten acara atau isi dari apa yang dikeluarkan sebuah media kepada publik. dan hal ini dilakukan secara terus-menerus hingga publik tak sadar bahwa sedang di seting pemahamannya terhadap sesuatu.

Yang diserang disini tak lain adalah alam bawah sadarnya. karena dalam alam bawah sadar, seorang manusia tak akan mampu berkutik atau menolak apa yang dipahami oleh alam bawah sadar. Sebab, manusia dikontrol alam sadarnya hanya 25%. dan yang mengontrol sisanya sebanyak 75% adalah alam bawah sadar.

Kita tak akan bisa menilai dengan jernih , apakah sesuatu hal itu baik atau buruk.

Bayangkan, berapa nilai yang telah membengkokkan kita?


Siap yang mau melakukan hal paling bajingan tersebut?
Ingat dan perlu diketahui, di dalam kerja media menampilkan berbagai realita, bukan serta merta hal itu adalah suatu keberan realitas yang ada. semua itu tergantung pada "Siapa pemilik media tersebut?".
Jika saja yang memiliki baik, apalagi dari orang pribumi, mungkin saja hal itu tak akan terjadi.
Masalhanya disini, 98 % Media umum di Indonesia merupakan aset asing. Dan saya yakin, apapun yang datangnya dari asing (terutama Amerika dan sekutunya) itu adalah suatu kerugian. apapun bentuknya. Karena mereka memiliki kepentingan yang abadi- Sumber Daya kita.

Kita di seting agar tak bisa maju dan hancur dengan sendirinya melalui media. agar kita tak sempat memikirkan hal lain yang sangat jauh lebih penting dan krusial. lihat saja masalah perikanan, freeport papua, atau masalah pendidikan. astaghfirulloh...

Ingat bayangan kita diawal. Gambaran idealnya, jika suatu masyarakat tambah tahu banyak, maka masyarakat tersebut akan lebih maju dan sejahtera. Tapi mengapa masih susah saja?

Nilai-nilai kesuksesan dan kesejahteraan seperti apa kah yang benar-benar itu?
Apa sajakah yang telah berubah dari kita?
Inilah PR kita bersama. Bagaiamana kita harus kembali menjadi fundamentalisme atau trah jati diri kita. Siapa kita? Siapa bangsa ini? Bagaimana ajaran hidup nenek moyang kita haingga mereka jadi penguasa?

Semua itu adalah PR bagi kita.
Selain itu, setelah saya menampilkan beberapa dosa Media, hendaknya kita saling mengingatkan bahwa filter terhadap konsumsi informasi kita harus diperketat. Karena jika alam bawah sadar kita telah kebobolan, tamatlah.
Karena begitu berbahayanya efek laten dari media yang tanpa filter tersebut.

Defy Firman Al Hakim 2011

Semoga tulisan ini bermanfaat dan barokah.

SALAM BANGKIT!!!

Selasa, 20 September 2011

Aku mimpi buruk semalam


Semoga siang ini menghantarkan keterbukaan itu

Agar dapat ikut merasakannya

Agar tak lekas hancur batas hatimu

-sebab penuh sesak oleh kepiluan

14/6/2010 13:28 WIB

*

Sore ini begitu lelap bersadur mimpi

Aku dan bunga lili adalah ironi yang indah

Pernah ku bertanya pada ibu,

Tentang perasaan dan perih

Dalam halus senyumnya, beliau menjawab..

14/6/2010 18:42 WIB

*

Apa yang kau ketahui tentang risau?

16/6/2010 19:29 WIB

*

Masih kurenungkan ke-diam-an tanya tercurah hari ini

Semoga tak seperti yang ku fakir risau hati ini.

Tentang keberadaan rasa yang nista.

16/6/2010 21:39 WIB

*

Sesalku menodong ribuan senapan.

Mirislah angan yang di genggam

Tentag jiwa pengembara yang menatihkan tujuan, adalah ke-diamanku yang kebingungan arah

16/6/2010 21:17 WIB

*

Dalam lajur perasaan, akankah lelumutan tumbuh dan menggerus harapan.

Asap kematian pun datang dengan kawanan golok bermata dua.

Tapi kutetapkan hadangan indah buatnya.

16/6/2010 21:28 WIB

Malam ini tiba-tiba memberiku sebuah mimpi yang langsung mengingatkanku pada percakapan elektronik ini. Semuanya tetap-tentang wanita indah bermata sayu. Yang memberiku suatu keyakinan akan rasaku yang hilang.

Begitu indah hingga ku tak berani untuk berfikir indah dengannya di esok hari. Sepertinya tak pantas bajingan sepertiku memuai mimpi indah itu. Begitu takutnya sebuah luka akan menghinggapinya. Hingga harus kupendam inginku. Karena aku sadar betuk bagaimana rasa ini. Ya Alloh… ampun ya robb..

Aku seperti ini- meninggalkan begitu saja batu bata yang kususun dari bawah-bukan karena sebab. Semua berawal dari celoteh seorang teman. Di suatu subuh, tiba-tiba dia menggemparkan hati dengan sebuah dalil. Yang artinya kurang lebih,”Menikahlah dengan kekhufuan. Yang baik dengan yang baik. Dan yang buruk dengan yang buruk. Jangan engkau campur adukkan antara keduanya”.

“Duh gusti…. Aku ini kan seorang bajingan. Dia bukan.”, rontahan hatiku.

Mungkinkah seorang yang aku anggap benar-benar suatu perhiasan langka nan mahal ku sentuh. Sedangkan posisi diri ini masih sebagai kaum jelata dalam hal agama.

Meskipun sholatku bolong-bolong, tapi tentang fundamentalitas berketuhanan diri ini sangat pengku-apa kata dalil. Sebab, kuanggap aku tak sampai untuk menentukan atau menimbang masalah dosa. Mana boleh atau tidak. Apalagi ini adalah soal masa depan anak cucu. Duh gusti…..

Entah seperti apa kini hatimu yang kutinggalkan. Kehilangan kah? Biasa? Atau malah senang? Aku tak tau sayang. Yang kutahu, ekspresimu dalam mimpiku semalam. Kau duduk tersimpuh di sudut kegelapan, dan matamu yang biru basah oleh suatu hal. Aku lewat begitu saja. Tak sanggup ku menoleh. Tak sanggup.

Cerita kini memang sudah terlanjur lewat. Tapi aku yakin, kau pun menyimpan Tanya dan benci. Perihal kepergian hadirku disetiap pagimu. Dan kuharap kepekaan hatimu sanggup mengejawantahkan semua ini. Bencilah bajingan ini, ludilah bayangku.

Aku hanya bias meratap pada pagi tantang takdir yang baru berjalan setengah ronde ini. Aku menanti keindahan yang hakiki tentangmu. Jika kau mau. Aku akan diam dan menghilang sejenak untuk menunggu takdir tulang rusukku itu.

Semoga takdir itu adalah dirimu. Dan kita bisa merealisasikan mimpi-mimpi kita tentang keluarga kecil yang sejuk. Dengan celotehan tawa dan tangis anak-anak kita. Semoga….

Aku berdoa pada sang pembuah takdir untuk ini. Jika mau, bantulah aku memanjatkannya.

Berantas, September 2011

Rembulan dan Es Cream



Terimakasih pada pagi yang selalu rela menuangkan dinginnya.

Pertemuan adalah awal dari lara dan senyuman. Tentang seorang gadis yang sayu dan matanya sedikit berbinar. Hari-harinya penuh cinta dan dekapan. Dekapan yang teramat sangat, sejenis kekangan. Nampak bias memang. Kadang meronta dalam keheningan kau pilih tuk melepas penat takdir dengan senyuman hambar.
"Sabarlah, hari kebebasanmu pasti tiba", jawaban yang selalu ku pakai tuk sedikit menyemangati. Tapi yakinkan akan satu hal, engkau sangat tangguh, dan aku silau.


Pagi-pagiku kini hanya terpakai untuk meratap pada kegetiran yang indah. Sebab ku telah berpagut rasa dalam sukma. Sesekali sms liar terlahir tanpa sesuatu kesanggupan menahan rindu. Karena mungkin masih itu yang paling mungkin dilakukan, sebab, menatap wajahnya saja ku tak mampu. Tubuh dan hati ini seakan memiliki alarm super sensitive jika berada di sekitarnya. Seperti seorang pengendara motor yang tak memiliki SIM yang takut bertemu polisi. Padahal kubutuh akan kehadirannya.

Memandangnya dari kejauhan menjadi hobi baruku kini, dan berkirim sapa singkat menjadi ritual yang sangat sakral. Yah, setidaknya ada keteguhan atas keistiqomahan jiwa terhadap rasa. Tak apalah, aku nikmati semua itu. Diam-diam kulakukan hal tersebut. Tak sadar telah berjalan beratus hari.
Meskipun sedikit hafal dengan rutinitas yang kau katakan menjemukan itu. Akan tetapi sampai saat ini ku belum tuntas memaknaimu



Disinilah masalah yang belum bisa ku urai, ternyata ku belum mampu berguna untuk hari-harinya. Setidaknya hanya untuk memunculkan sebuah senyuman penuh makna dari bibirnya yang begitu manis aku belum mampu. Maafkan aku sayang..

Sesekali pernah kuberanikan diri tuk menatap langsung senyumnya. Berharap bisa sedikit membuat senyum lebarnya benar-benar muncul. Dengan berteman bulan, kugandeng keberanian tuk menemuimu. Meskipun aku adalah lelaki karang, ternyata aku masih tak mampu mengucap apa-apa yang bermanfaat untuk kebahagiaanmu. maaf, aku gerogi. Hanya senyum polosku yang liar keluar kesana-kemari. seperti orang bodoh memang. orang bodoh yang sangat bahagia.

Sampai ku tulis catatan ini, rasa kebahagiaanku belum habis-habisnya. Sekalipun kehadiranmu belum kembali. Meskipun telah ku coba hadirkan dengan sisa bahagia yang belum sirna oleh kepiluan menanti. Aku tetap bahagia. Entah, bagaimana aku harus berperasaan. Yang pasti aku disini bahagia. Bahagia yang tak akan pernah dianggap normal oleh orang kebanyakan. Aku berani menjamin, kebahagiaan yang tak normal ini tak mudah lumer seperti es cream.

Defy Firman Al Hakim

Senin, 19 September 2011

Silaturahim dan Temu Kangen Pers Mahasiswa





Rabu, 01 Juni 2011

Entah, namanya apa ini


Kita mungkin harus meninjau ulang konsep ratapan dan duka. Jangan hiraukan pandangan kuno tentang tangisan. Biar dunia berujar tangisan sama halnya dengan cengeng. Tapi disini ada sesuatu yang harus berubah-duka menjadi indah.

Jembatan itu kini masih tegar, sama seperti waktu hujan yang datang bersama senyummu yang sayu. Kita memang baru saja bertemu pada suatu keadaan yang ranum. Sama seperti matamu yang dirundung biru.

Waktu itu dingin mendekap dunia dengan anomalinya. Anomali realita dan logika. Bagi orang lain, dingin akan membawa luka. Tapi bagiku dingin adalah hangatnya tubuh dan rasamu. Membius susunan syaraf, dan terasa indah. Bersama hujan yang disengaja semua itu lahir.

Inilah sikap egois hatiku. Maaf, karena hal itu dirimu menjadi pucat pasih.

Lagi-lagi di dalam dingin, ku semakin menyelami kesederhanaanmu. Menyusup lebih dalam dan lahirlah kau sebagai wanita sederhana yang bermasalah dengan hatinya. Semakin terpancar keindahan yang tersembunyi. Seperti menyibakkan cadar, kilaumu tertumpah dalam hati yang sebenarnya polos ini.

“Kita seperti bensin yang bermain di dekat perapian, mengapa tak segera terbakar?”

Mungkin harapan yang tak sesuai membuatmu galau. Atau timbang menimbang menyudutkan rasa. Entahlah, yang ku tahu dirimu hadir dengan sosok yang sederhana. Meskipun tumpukan beban masalalu mengurung kesederhanaan itu. Terpoleslah dirimu menjadi kupu-kupu yang masih bersayap basah. Indah, tegar, tak mampu terbang dan sangat berhati-hati pada sekelilingmu.

Disini ada bromocora yang sedang dirundung duka. Duka dari lara yang hadir dari kesadaran. Lusinan kisah hitam masa silam menyatu di mukaku. Satu persatu merobek ketulusan perubahan. Pedih dan berdarah. Tapi itulah hukuman. Yang harus di jalani seorang lelaki. Tak mungkin aku menolak atau lari dari padanya.

Teori pembentukan opini public yang kupelajari sedang menunjukkan contoh nyatanya. Kesepakatan-kesepakatan public kini mengarah dan menodongkan cetbang cercaannya padaku. Seraya ingin mengatakan kalimat hinaan yang paling pantas untuk pesakitan rasa. Kau pun mengamininya. Padahal ada sesuatu yang ingin kupersembahkan untuk menutup lukamu. Ada sesuatu yang langka dalam kehidupanku. Akhirnya ketulusan keluar tak tepat waktu dengan bodohnya. dengan kesadaran penuh, atas sakit yang pasti dirasa.

Disinilah diam menjadi hal paling bijak menurutku. Biarkan semua puas dengan kesempatan yang sengaja kuberikan. Agar adil kehidupan ini. Ada senang dan luka -normal.

Meskipun kau sangat tak menyepakati kata “ maaf “, aku tak peduli. Karena hanya inilah yang kubisa lakukan selain berbuat untuk mengecat kembali kegelapan masalalu. Aku pasrah. Terserah kau anggap apa diri ini. yang ku tahu, Tuhan pun maha pemaaf.

Kini himpitan pedih yang ada hanyalah ratapan yang harus kujalani. hingga ku anggap semua adalah karma yang indah.

HARATAI

Rawa berlari-lari disini
Engkau yang kembang kempis bersama waktu
menebar gelora usang
dan menghilang bersama malam

kasih,
usah hiraukan malam kembang gula yang hangat
Biarkan kutidur kambali bersama kenihilan
biarlah jembatan kembali tenang tanpa hitungan

Sebab,
rajutan lontar muda semakin kering
biar kudisini merokok lagi bersama pagi

aku terdiam bersama kenangan
Yang menyelam dalam ingatan

di pagi ini,
kan kuhembuskan rindu itu

diam,
dan pulanglah

Loksado, 2011

Rabu, 26 Januari 2011

Cara membuat Crop Circle



Akhir-akhir ini kita disibukkan oleh pemberitaan fenomena unik yang alih-alih disebut sebagai bekas/ pesan makhluk asing (UFO). Fenomena yang mampu merebut perhatian publik di tengah-tengah tingginya rating sepak terjang GAYUS TAMBUNAN ini bernama Crop Circle atau lingkaran tanaman yang misterius.

Lingkaran tanaman (dari bahasa Inggris:Crop circles) adalah suatu pola teratur yang terbentuk secara misterius di area ladang tanaman, seringkali hanya dalam waktu semalam. Fenomena ini pertama kali ditemukan di Inggris pada akhir 1970, dengan bentuk pola-pola lingkaran sederhana. Pada masa-masa setelahnya, pola-pola tersebut kini cenderung bertambah rumit dan tidak terbatas hanya pada hanya bentuk lingkaran. Namun karena mengacu pada asal-usulnya, maka istilah lingkaran tanaman ini masih dipertahankan.

Mereka yang mempelajari fenomena lingkaran tanaman ini sering disebut juga dengan istilah "cerealogis", dan ilmu yang mempelajari fenomena ini disebut dengan cereolog. Para Cerealogis kemudian mengembangkan istilah baru untuk fenomena ini, yaitu agriglif.

Misterius, itulah yang tertanam di banyak orang di dunia saat ini. Akan tetapi, apakah kita sudah benar-benar terpengaruh anggapan media dan kebanyakan suara orang tentang kerumitan pembuatan circle ini. Apakah hanya begini saja keberanian pemikiran dan tindakan kita. dengan kata lain, Apakah kita menyerah pada rumor UFO tersebut? Hanya kita belum tau dan tidak berani berfikir bagaimana membuatnya.

Disini kita akan tau bagaimana membuat suatu seni visual yang dikatakan orang "spektakuler" tersebut. tinggal menyiapkan beberapa alat dan ketekunan, semua itu bisa dibuat.

Jadi, langsung saja persiapkan beberapa alat dan beberapa rumus matematika untuk pedoman. mengingat, crop circle membutuhkan ketepatan dan kerapian.

1.Tongkat/Tonggak utama.

Gunakan sebesar keinginan, jika ingin lebih besar CC mu, gunakan tonggak utama lebih besar.

2. Tonggak serpihan

dalam CC ada banyak motif-motif yang bersumber pada bentuk lingkaran. disinilah guna poros tonggak.

3. Tali kawat

Untuk menarik ukuran dan garis-garis CC

4. Pipa besi

Untuk merobohkan objek. seperti padi, jagung dll. jangan lupa untuk mengecor pipa besi tsb agar lebih berat.

5. Goloh yang panjang dan Tajam

Untuk memotong dahan objek yang telah rubuh. Harus setajam mungkin, agar hasil lebih rapi.

6. rumus Diagonal dan Simetri

Untuk menentukan panjang dan diameter.

7. Busur derajat

Untuk menentukan poros dan sudut CC mu.

8. Semangat Intelegent

Agar pekerjaanmu sesunyi pekerjaan Intelegent(agar orang tidak curiga).


Selamat mencoba dan mengotak - atik kreasimu. hasil tergantung jam terbang serta kebekaan naluri matematika serta senimu.


Selamat mencoba.