pers mahasiswa LPM spirit mahasiswa universitas madura

media alternatif diantara media umum lainya

sesepuh (pemangku adat LPM spirit mahasiswa universitas madura

yang manakah yang paling ganteng, ayo tebak ?.

cerahnya para mahasiswa ini

kalau ini mana yang paleng jelek ?

mukernas PPMI nasional indonesia

para pengurus yang mengawangi (persatuan pers mahasiswa indonesia)

seram dan tampak (muka tua)

banyak yang iri dengan foto ini, termasuk saya sendiri !!!

Kamis, 29 September 2011

Hati-Hati terhadap Media Massa kita


Kita sebagai manusia memang wajib berkembang, mengisi ketidak tahuan kita terhadap sesuatu yang sebelumnya belum diketahui. Memang itu lah fungsi Tuhan menganugerahi otak untuk alam berfikir kita, sebagai landasan kita bertindak. Semakin banyak manusia mengetahui sesuatu menjadi wajib hukumnya. Tujuannya jelas, memperbaiki kualitas kehidupan manusia itu sendiri.

Seperti yang dikatakan Aristoteles, "menggambarkan pengetahuan sejati akan menjelaskan “sebab-musabab” terjadinya sesuatu, yang bertitik-tolak pada aksioma-aksioma sebagai dasar dari pengetahuan. Aksioma-aksioma harus menyatakan sebab-sebab yang paling akhir (final cause), yang menjelaskan fakta dan diungkap oleh dalil-dalil. Bagi Aritoteles, di sinilah pentingnya persepsi dan pengalaman. Hal ini jelas untuk suatu kehidupan yang sejahtera dan lebih hakiki. Untuk lebih memudahkan manusia memenuhi apa-apa kebutuhan lahiriyah serta batiniyahnya.

Itu gambaran idealnya. Akan tetapi jika kita mau realistis dalam melihat dan memperhatikan di era super information ini. Seharusnya jika manusia ada pada kondisi peradaban seperti ini, wajarnya peradabannya akan sangat jauh lebih baik dari sejarah yang lalu. Pertanian, Kesehatan, Kesejahteraan akan melimpah ruah. yang akhirnya menyebabkan keindahan kehidupan di bumi ini. tapi sekali lagi, itu idealnya. Coba kita benar-benar liat dan rasakan, perkembangan otak dan pemikiran kita yang berimbas pada semakin majunya teknologi tak berimbas pula pada kesejahteraan manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
Ada apa dengan semua ini? seperti ada suatu kejanggalan yang sangat timpang antara idealnya dengan realitas. dan seolah-olah semua ini adalah by setting.

Ditinjau dari era Informasi dan komunikasi massa.
Kita pasti tahu, peralihan zaman menggiring kita pada suatu babak kini-era informasi dan komunikasi. Dimana semuanya, tergantung pada informasi dan komunikasi yang kita lahap setiap harinya. Semua proses pemasukan informasi tersebut tak lain dari berbagai media yang bersifat massa atau masive, mulai TV hingga reklame di jalan-jalan.

Semuanya seolah-olah kita telan mentah-mentah. kita tak berdaya memfilter rentetan informasi dari media tersebut. Meskipun sering diantara kita sadar bahwa yang disampaikan media massa banyak yang mengandung unsur yang tidak baik.

Tak percaya?
Coba kita lihat lebih detail. Dari sebuah sinetron. Kita sama-sama tahu, bahwa yang ditampilkan sinetron di TV-TV tak lain hanya : bagaimana kita mencintai pasangan, selingkuh, berebut warisan, saling telikung dan hal- hal yang tak baik lainnya. Tapi lihat saja, kit a tetap senang di didik Sinetron seperti itu. Kita akan menanti-nanti siapa yang menang dalam perebutan cinta, penelikungan, atau perebutan warisan itu.

Contoh lainnya adalah Infoteiment. Sadar atau tidak, salah satu menu harian kita ini (infoteinment) adalah instrument tercepat untuk membelokkan moral dan nilai luhur masyarakat kita. Kita mungkin sekarang sangat familiar dengan istilah "perceraian". Alih-alih perceraian saat ini sudah menjadi trend. Inilah salah satu yang diangkat infoteiment kita. Diamana keberlangsungan pemberitaan sebuah perceraian membawa kita pada pembelokan makna. Kalau dulu proses cerai dengan pasangan adalah hal yang sangat memalukan. Bahkan Tuhan pun tak menyukainya. Tapi apa yang terjadi saat ini? karena setiap hari membicarakan perceraian, seorang artis dikatakan keren jika dia sering mandar-mandir KUA untuk mengurusi surat perceraian dan nikah. Berarti dia Keren dan laku. Kita semua mengamini itu. tanpa bisa kita berbuat apa-apa. Jika ada orang sering cerai, berarti dia laku keras.

Contoh lain yang membuat saya geram adalah dari sisi pemberitaan atau news. Disadari atau tidak, beberapa tahun ini, kita selalu disodori sesuatu masalah yang tak pernah tuntas. berbagai kasus yang diangkat tak pernah sampai pada akhir. bahkan tak pernah tuntas saat pemaparan beritanya. Kasus BLBI, GAYUS, KPK, AMBALAT, KPU, KEJAGUNG, KEMISKINAN, KORUPSI, dll, semuanya tak pernah tuntas.

Hal ini jelas akan mempengaruhi alam bawah sadar kita. Bahwa kita tak pernah bisa tuntas melakukan apapun. Di berbagai sektor kita pun jarang dan mungkin tak pernah mendengar sesuatu yang membanggakan dan membuat kita semangat untuk jadi orang Indonesia. Dari pemberitaan Politik, Sosial, Budaya, Ekonomi, Teknologi, dan bahkan olah raga tak pernah kita mendengar sebuah kebaikan (kalaupun ada perbandingannya sangat jauh). Hal ini jelas, akan menumbuhkan rasa tak percaya bahwa negeri ini bisa maju.
Dan masih setumpuk contoh-contoh kelalaian publik terhadap setingan pemahaman media umum. Seperti dibidang musik industri, seni, dll.

Lihatlah beberapa contoh yang telah dipaparkan. Bagaiamana kerja mempengaruhi publik secara menyeluruh dan merata melalui media. Dan hal ini disebut oleh ahli opini publik sebagai "Sigil of media" atau sihir sigil media.
Sihir yang bukan diserangkan melalui jampi-jampi atau mantra-mantra mbah dukun. Akan tetapi melalui sistematika conten acara atau isi dari apa yang dikeluarkan sebuah media kepada publik. dan hal ini dilakukan secara terus-menerus hingga publik tak sadar bahwa sedang di seting pemahamannya terhadap sesuatu.

Yang diserang disini tak lain adalah alam bawah sadarnya. karena dalam alam bawah sadar, seorang manusia tak akan mampu berkutik atau menolak apa yang dipahami oleh alam bawah sadar. Sebab, manusia dikontrol alam sadarnya hanya 25%. dan yang mengontrol sisanya sebanyak 75% adalah alam bawah sadar.

Kita tak akan bisa menilai dengan jernih , apakah sesuatu hal itu baik atau buruk.

Bayangkan, berapa nilai yang telah membengkokkan kita?


Siap yang mau melakukan hal paling bajingan tersebut?
Ingat dan perlu diketahui, di dalam kerja media menampilkan berbagai realita, bukan serta merta hal itu adalah suatu keberan realitas yang ada. semua itu tergantung pada "Siapa pemilik media tersebut?".
Jika saja yang memiliki baik, apalagi dari orang pribumi, mungkin saja hal itu tak akan terjadi.
Masalhanya disini, 98 % Media umum di Indonesia merupakan aset asing. Dan saya yakin, apapun yang datangnya dari asing (terutama Amerika dan sekutunya) itu adalah suatu kerugian. apapun bentuknya. Karena mereka memiliki kepentingan yang abadi- Sumber Daya kita.

Kita di seting agar tak bisa maju dan hancur dengan sendirinya melalui media. agar kita tak sempat memikirkan hal lain yang sangat jauh lebih penting dan krusial. lihat saja masalah perikanan, freeport papua, atau masalah pendidikan. astaghfirulloh...

Ingat bayangan kita diawal. Gambaran idealnya, jika suatu masyarakat tambah tahu banyak, maka masyarakat tersebut akan lebih maju dan sejahtera. Tapi mengapa masih susah saja?

Nilai-nilai kesuksesan dan kesejahteraan seperti apa kah yang benar-benar itu?
Apa sajakah yang telah berubah dari kita?
Inilah PR kita bersama. Bagaiamana kita harus kembali menjadi fundamentalisme atau trah jati diri kita. Siapa kita? Siapa bangsa ini? Bagaimana ajaran hidup nenek moyang kita haingga mereka jadi penguasa?

Semua itu adalah PR bagi kita.
Selain itu, setelah saya menampilkan beberapa dosa Media, hendaknya kita saling mengingatkan bahwa filter terhadap konsumsi informasi kita harus diperketat. Karena jika alam bawah sadar kita telah kebobolan, tamatlah.
Karena begitu berbahayanya efek laten dari media yang tanpa filter tersebut.

Defy Firman Al Hakim 2011

Semoga tulisan ini bermanfaat dan barokah.

SALAM BANGKIT!!!

Selasa, 20 September 2011

Aku mimpi buruk semalam


Semoga siang ini menghantarkan keterbukaan itu

Agar dapat ikut merasakannya

Agar tak lekas hancur batas hatimu

-sebab penuh sesak oleh kepiluan

14/6/2010 13:28 WIB

*

Sore ini begitu lelap bersadur mimpi

Aku dan bunga lili adalah ironi yang indah

Pernah ku bertanya pada ibu,

Tentang perasaan dan perih

Dalam halus senyumnya, beliau menjawab..

14/6/2010 18:42 WIB

*

Apa yang kau ketahui tentang risau?

16/6/2010 19:29 WIB

*

Masih kurenungkan ke-diam-an tanya tercurah hari ini

Semoga tak seperti yang ku fakir risau hati ini.

Tentang keberadaan rasa yang nista.

16/6/2010 21:39 WIB

*

Sesalku menodong ribuan senapan.

Mirislah angan yang di genggam

Tentag jiwa pengembara yang menatihkan tujuan, adalah ke-diamanku yang kebingungan arah

16/6/2010 21:17 WIB

*

Dalam lajur perasaan, akankah lelumutan tumbuh dan menggerus harapan.

Asap kematian pun datang dengan kawanan golok bermata dua.

Tapi kutetapkan hadangan indah buatnya.

16/6/2010 21:28 WIB

Malam ini tiba-tiba memberiku sebuah mimpi yang langsung mengingatkanku pada percakapan elektronik ini. Semuanya tetap-tentang wanita indah bermata sayu. Yang memberiku suatu keyakinan akan rasaku yang hilang.

Begitu indah hingga ku tak berani untuk berfikir indah dengannya di esok hari. Sepertinya tak pantas bajingan sepertiku memuai mimpi indah itu. Begitu takutnya sebuah luka akan menghinggapinya. Hingga harus kupendam inginku. Karena aku sadar betuk bagaimana rasa ini. Ya Alloh… ampun ya robb..

Aku seperti ini- meninggalkan begitu saja batu bata yang kususun dari bawah-bukan karena sebab. Semua berawal dari celoteh seorang teman. Di suatu subuh, tiba-tiba dia menggemparkan hati dengan sebuah dalil. Yang artinya kurang lebih,”Menikahlah dengan kekhufuan. Yang baik dengan yang baik. Dan yang buruk dengan yang buruk. Jangan engkau campur adukkan antara keduanya”.

“Duh gusti…. Aku ini kan seorang bajingan. Dia bukan.”, rontahan hatiku.

Mungkinkah seorang yang aku anggap benar-benar suatu perhiasan langka nan mahal ku sentuh. Sedangkan posisi diri ini masih sebagai kaum jelata dalam hal agama.

Meskipun sholatku bolong-bolong, tapi tentang fundamentalitas berketuhanan diri ini sangat pengku-apa kata dalil. Sebab, kuanggap aku tak sampai untuk menentukan atau menimbang masalah dosa. Mana boleh atau tidak. Apalagi ini adalah soal masa depan anak cucu. Duh gusti…..

Entah seperti apa kini hatimu yang kutinggalkan. Kehilangan kah? Biasa? Atau malah senang? Aku tak tau sayang. Yang kutahu, ekspresimu dalam mimpiku semalam. Kau duduk tersimpuh di sudut kegelapan, dan matamu yang biru basah oleh suatu hal. Aku lewat begitu saja. Tak sanggup ku menoleh. Tak sanggup.

Cerita kini memang sudah terlanjur lewat. Tapi aku yakin, kau pun menyimpan Tanya dan benci. Perihal kepergian hadirku disetiap pagimu. Dan kuharap kepekaan hatimu sanggup mengejawantahkan semua ini. Bencilah bajingan ini, ludilah bayangku.

Aku hanya bias meratap pada pagi tantang takdir yang baru berjalan setengah ronde ini. Aku menanti keindahan yang hakiki tentangmu. Jika kau mau. Aku akan diam dan menghilang sejenak untuk menunggu takdir tulang rusukku itu.

Semoga takdir itu adalah dirimu. Dan kita bisa merealisasikan mimpi-mimpi kita tentang keluarga kecil yang sejuk. Dengan celotehan tawa dan tangis anak-anak kita. Semoga….

Aku berdoa pada sang pembuah takdir untuk ini. Jika mau, bantulah aku memanjatkannya.

Berantas, September 2011

Rembulan dan Es Cream



Terimakasih pada pagi yang selalu rela menuangkan dinginnya.

Pertemuan adalah awal dari lara dan senyuman. Tentang seorang gadis yang sayu dan matanya sedikit berbinar. Hari-harinya penuh cinta dan dekapan. Dekapan yang teramat sangat, sejenis kekangan. Nampak bias memang. Kadang meronta dalam keheningan kau pilih tuk melepas penat takdir dengan senyuman hambar.
"Sabarlah, hari kebebasanmu pasti tiba", jawaban yang selalu ku pakai tuk sedikit menyemangati. Tapi yakinkan akan satu hal, engkau sangat tangguh, dan aku silau.


Pagi-pagiku kini hanya terpakai untuk meratap pada kegetiran yang indah. Sebab ku telah berpagut rasa dalam sukma. Sesekali sms liar terlahir tanpa sesuatu kesanggupan menahan rindu. Karena mungkin masih itu yang paling mungkin dilakukan, sebab, menatap wajahnya saja ku tak mampu. Tubuh dan hati ini seakan memiliki alarm super sensitive jika berada di sekitarnya. Seperti seorang pengendara motor yang tak memiliki SIM yang takut bertemu polisi. Padahal kubutuh akan kehadirannya.

Memandangnya dari kejauhan menjadi hobi baruku kini, dan berkirim sapa singkat menjadi ritual yang sangat sakral. Yah, setidaknya ada keteguhan atas keistiqomahan jiwa terhadap rasa. Tak apalah, aku nikmati semua itu. Diam-diam kulakukan hal tersebut. Tak sadar telah berjalan beratus hari.
Meskipun sedikit hafal dengan rutinitas yang kau katakan menjemukan itu. Akan tetapi sampai saat ini ku belum tuntas memaknaimu



Disinilah masalah yang belum bisa ku urai, ternyata ku belum mampu berguna untuk hari-harinya. Setidaknya hanya untuk memunculkan sebuah senyuman penuh makna dari bibirnya yang begitu manis aku belum mampu. Maafkan aku sayang..

Sesekali pernah kuberanikan diri tuk menatap langsung senyumnya. Berharap bisa sedikit membuat senyum lebarnya benar-benar muncul. Dengan berteman bulan, kugandeng keberanian tuk menemuimu. Meskipun aku adalah lelaki karang, ternyata aku masih tak mampu mengucap apa-apa yang bermanfaat untuk kebahagiaanmu. maaf, aku gerogi. Hanya senyum polosku yang liar keluar kesana-kemari. seperti orang bodoh memang. orang bodoh yang sangat bahagia.

Sampai ku tulis catatan ini, rasa kebahagiaanku belum habis-habisnya. Sekalipun kehadiranmu belum kembali. Meskipun telah ku coba hadirkan dengan sisa bahagia yang belum sirna oleh kepiluan menanti. Aku tetap bahagia. Entah, bagaimana aku harus berperasaan. Yang pasti aku disini bahagia. Bahagia yang tak akan pernah dianggap normal oleh orang kebanyakan. Aku berani menjamin, kebahagiaan yang tak normal ini tak mudah lumer seperti es cream.

Defy Firman Al Hakim

Senin, 19 September 2011

Silaturahim dan Temu Kangen Pers Mahasiswa