Defy Firman Al Hakim, 2011
Kumpulan tulisan yang biasa saja
media alternatif diantara media umum lainya
yang manakah yang paling ganteng, ayo tebak ?.
kalau ini mana yang paleng jelek ?
para pengurus yang mengawangi (persatuan pers mahasiswa indonesia)
banyak yang iri dengan foto ini, termasuk saya sendiri !!!
Dalam catatan mengandung beberapa keinginan. Tercetusnya harapan, leganya keresahan, mengasah skill, tinimbang nganggor, agar ingat pada suatu hal, hingga keinginan untuk diperhatikan, yang biasa kita sebut sebagai existence syndrome .
Cinta, perjalanan, hari-hari yang pedas, hingga suasana ketika kita buang air tercatat rapi dalam catatan-catatan lusuh yang biasa kita banggakan. Hebat betul diri kita. karena kita sendiri yang mencatat catatan itu. Ke-aku-an sang penulis.
Tak ada yang salah memang. Itu adalah hak yang sudah dimiliki manusia modern- untuk eksistensinya.
Tapi sadarkah kita menjadi hakim agung yang kejam dalam catatan-catatan kehidupan kita ini? Apalagi ketika mencatat tentang orang-orang disekitar kita. Begitu nyamannya kita hingga lupa, siapa diri kita
Serentetan suasana yang mendukung eksistensi diri kita lahir dari sini.
Akhir-akhir ini aku menjadi resah tentang apa itu eksistensi. Naluri makhluk sosial memang, mencari tau siapa dan dimana posisi diri. Tapi, lagi-lagi kita akan lupa, bagaimana hal pencarian eksistensi itu tadi tak hanya baik untuk kita. Kepekaan dan kejelian hati nurani dipertaruhkan disini. Bagaimana kita bekerja keras untuk mencari eksistensi diri. Apakah kita mengesampingkan yang lain atau tidak.
Saya harap pencarian eksistensi diri ini tak mengurangi atau bahkan membunuh hak yang lain. Memang sulit, Tapi dari catatan "kehidupan" yang dipersembahkan untuk pengingat diri, saya menjadi ingat kembali akan ini.
Tepi kali Brantas, 2011
Semoga siang ini menghantarkan keterbukaan itu
Agar dapat ikut merasakannya
Agar tak lekas hancur batas hatimu
-sebab penuh sesak oleh kepiluan
14/6/2010 13:28 WIB
*
Sore ini begitu lelap bersadur mimpi
Aku dan bunga lili adalah ironi yang indah
Pernah ku bertanya pada ibu,
Tentang perasaan dan perih
Dalam halus senyumnya, beliau menjawab..
14/6/2010 18:42 WIB
*
Apa yang kau ketahui tentang risau?
16/6/2010 19:29 WIB
*
Masih kurenungkan ke-diam-an tanya tercurah hari ini
Semoga tak seperti yang ku fakir risau hati ini.
Tentang keberadaan rasa yang nista.
16/6/2010 21:39 WIB
*
Sesalku menodong ribuan senapan.
Mirislah angan yang di genggam
Tentag jiwa pengembara yang menatihkan tujuan, adalah ke-diamanku yang kebingungan arah
16/6/2010 21:17 WIB
*
Dalam lajur perasaan, akankah lelumutan tumbuh dan menggerus harapan.
Asap kematian pun datang dengan kawanan golok bermata dua.
Tapi kutetapkan hadangan indah buatnya.
16/6/2010 21:28 WIB
Malam ini tiba-tiba memberiku sebuah mimpi yang langsung mengingatkanku pada percakapan elektronik ini. Semuanya tetap-tentang wanita indah bermata sayu. Yang memberiku suatu keyakinan akan rasaku yang hilang.
Begitu indah hingga ku tak berani untuk berfikir indah dengannya di esok hari. Sepertinya tak pantas bajingan sepertiku memuai mimpi indah itu. Begitu takutnya sebuah luka akan menghinggapinya. Hingga harus kupendam inginku. Karena aku sadar betuk bagaimana rasa ini. Ya Alloh… ampun ya robb..
Aku seperti ini- meninggalkan begitu saja batu bata yang kususun dari bawah-bukan karena sebab. Semua berawal dari celoteh seorang teman. Di suatu subuh, tiba-tiba dia menggemparkan hati dengan sebuah dalil. Yang artinya kurang lebih,”Menikahlah dengan kekhufuan. Yang baik dengan yang baik. Dan yang buruk dengan yang buruk. Jangan engkau campur adukkan antara keduanya”.
“Duh gusti…. Aku ini kan seorang bajingan. Dia bukan.”, rontahan hatiku.
Mungkinkah seorang yang aku anggap benar-benar suatu perhiasan langka nan mahal ku sentuh. Sedangkan posisi diri ini masih sebagai kaum jelata dalam hal agama.
Meskipun sholatku bolong-bolong, tapi tentang fundamentalitas berketuhanan diri ini sangat pengku-apa kata dalil. Sebab, kuanggap aku tak sampai untuk menentukan atau menimbang masalah dosa. Mana boleh atau tidak. Apalagi ini adalah soal masa depan anak cucu. Duh gusti…..
Entah seperti apa kini hatimu yang kutinggalkan. Kehilangan kah? Biasa? Atau malah senang? Aku tak tau sayang. Yang kutahu, ekspresimu dalam mimpiku semalam. Kau duduk tersimpuh di sudut kegelapan, dan matamu yang biru basah oleh suatu hal. Aku lewat begitu saja. Tak sanggup ku menoleh. Tak sanggup.
Cerita kini memang sudah terlanjur lewat. Tapi aku yakin, kau pun menyimpan Tanya dan benci. Perihal kepergian hadirku disetiap pagimu. Dan kuharap kepekaan hatimu sanggup mengejawantahkan semua ini. Bencilah bajingan ini, ludilah bayangku.
Aku hanya bias meratap pada pagi tantang takdir yang baru berjalan setengah ronde ini. Aku menanti keindahan yang hakiki tentangmu. Jika kau mau. Aku akan diam dan menghilang sejenak untuk menunggu takdir tulang rusukku itu.
Semoga takdir itu adalah dirimu. Dan kita bisa merealisasikan mimpi-mimpi kita tentang keluarga kecil yang sejuk. Dengan celotehan tawa dan tangis anak-anak kita. Semoga….
Aku berdoa pada sang pembuah takdir untuk ini. Jika mau, bantulah aku memanjatkannya.
Terimakasih pada pagi yang selalu rela menuangkan dinginnya.
Pertemuan adalah awal dari lara dan senyuman. Tentang seorang gadis yang sayu dan matanya sedikit berbinar. Hari-harinya penuh cinta dan dekapan. Dekapan yang teramat sangat, sejenis kekangan. Nampak bias memang. Kadang meronta dalam keheningan kau pilih tuk melepas penat takdir dengan senyuman hambar.
"Sabarlah, hari kebebasanmu pasti tiba", jawaban yang selalu ku pakai tuk sedikit menyemangati. Tapi yakinkan akan satu hal, engkau sangat tangguh, dan aku silau.
Pagi-pagiku kini hanya terpakai untuk meratap pada kegetiran yang indah. Sebab ku telah berpagut rasa dalam sukma. Sesekali sms liar terlahir tanpa sesuatu kesanggupan menahan rindu. Karena mungkin masih itu yang paling mungkin dilakukan, sebab, menatap wajahnya saja ku tak mampu. Tubuh dan hati ini seakan memiliki alarm super sensitive jika berada di sekitarnya. Seperti seorang pengendara motor yang tak memiliki SIM yang takut bertemu polisi. Padahal kubutuh akan kehadirannya.
Memandangnya dari kejauhan menjadi hobi baruku kini, dan berkirim sapa singkat menjadi ritual yang sangat sakral. Yah, setidaknya ada keteguhan atas keistiqomahan jiwa terhadap rasa. Tak apalah, aku nikmati semua itu. Diam-diam kulakukan hal tersebut. Tak sadar telah berjalan beratus hari.
Meskipun sedikit hafal dengan rutinitas yang kau katakan menjemukan itu. Akan tetapi sampai saat ini ku belum tuntas memaknaimu
Disinilah masalah yang belum bisa ku urai, ternyata ku belum mampu berguna untuk hari-harinya. Setidaknya hanya untuk memunculkan sebuah senyuman penuh makna dari bibirnya yang begitu manis aku belum mampu. Maafkan aku sayang..
Sesekali pernah kuberanikan diri tuk menatap langsung senyumnya. Berharap bisa sedikit membuat senyum lebarnya benar-benar muncul. Dengan berteman bulan, kugandeng keberanian tuk menemuimu. Meskipun aku adalah lelaki karang, ternyata aku masih tak mampu mengucap apa-apa yang bermanfaat untuk kebahagiaanmu. maaf, aku gerogi. Hanya senyum polosku yang liar keluar kesana-kemari. seperti orang bodoh memang. orang bodoh yang sangat bahagia.
Kita mungkin harus meninjau ulang konsep ratapan dan duka. Jangan hiraukan pandangan kuno tentang tangisan. Biar dunia berujar tangisan sama halnya dengan cengeng. Tapi disini ada sesuatu yang harus berubah-duka menjadi indah.
Jembatan itu kini masih tegar, sama seperti waktu hujan yang datang bersama senyummu yang sayu. Kita memang baru saja bertemu pada suatu keadaan yang ranum. Sama seperti matamu yang dirundung biru.
Waktu itu dingin mendekap dunia dengan anomalinya. Anomali realita dan logika. Bagi orang lain, dingin akan membawa luka. Tapi bagiku dingin adalah hangatnya tubuh dan rasamu. Membius susunan syaraf, dan terasa indah. Bersama hujan yang disengaja semua itu lahir.
Inilah sikap egois hatiku. Maaf, karena hal itu dirimu menjadi pucat pasih.
Lagi-lagi di dalam dingin, ku semakin menyelami kesederhanaanmu. Menyusup lebih dalam dan lahirlah kau sebagai wanita sederhana yang bermasalah dengan hatinya. Semakin terpancar keindahan yang tersembunyi. Seperti menyibakkan cadar, kilaumu tertumpah dalam hati yang sebenarnya polos ini.
“Kita seperti bensin yang bermain di dekat perapian, mengapa tak segera terbakar?”
Mungkin harapan yang tak sesuai membuatmu galau. Atau timbang menimbang menyudutkan rasa. Entahlah, yang ku tahu dirimu hadir dengan sosok yang sederhana. Meskipun tumpukan beban masalalu mengurung kesederhanaan itu. Terpoleslah dirimu menjadi kupu-kupu yang masih bersayap basah. Indah, tegar, tak mampu terbang dan sangat berhati-hati pada sekelilingmu.
Disini ada bromocora yang sedang dirundung duka. Duka dari lara yang hadir dari kesadaran. Lusinan kisah hitam masa silam menyatu di mukaku. Satu persatu merobek ketulusan perubahan. Pedih dan berdarah. Tapi itulah hukuman. Yang harus di jalani seorang lelaki. Tak mungkin aku menolak atau lari dari padanya.
Teori pembentukan opini public yang kupelajari sedang menunjukkan contoh nyatanya. Kesepakatan-kesepakatan public kini mengarah dan menodongkan cetbang cercaannya padaku. Seraya ingin mengatakan kalimat hinaan yang paling pantas untuk pesakitan rasa. Kau pun mengamininya. Padahal ada sesuatu yang ingin kupersembahkan untuk menutup lukamu. Ada sesuatu yang langka dalam kehidupanku. Akhirnya ketulusan keluar tak tepat waktu dengan bodohnya. dengan kesadaran penuh, atas sakit yang pasti dirasa.
Disinilah diam menjadi hal paling bijak menurutku. Biarkan semua puas dengan kesempatan yang sengaja kuberikan. Agar adil kehidupan ini. Ada senang dan luka -normal.
Meskipun kau sangat tak menyepakati kata “ maaf “, aku tak peduli. Karena hanya inilah yang kubisa lakukan selain berbuat untuk mengecat kembali kegelapan masalalu. Aku pasrah. Terserah kau anggap apa diri ini. yang ku tahu, Tuhan pun maha pemaaf.
Kini himpitan pedih yang ada hanyalah ratapan yang harus kujalani. hingga ku anggap semua adalah karma yang indah.
HARATAI
Rawa berlari-lari disini
Engkau yang kembang kempis bersama waktu
menebar gelora usang
dan menghilang bersama malam
kasih,
usah hiraukan malam kembang gula yang hangat
Biarkan kutidur kambali bersama kenihilan
biarlah jembatan kembali tenang tanpa hitungan
Sebab,
rajutan lontar muda semakin kering
biar kudisini merokok lagi bersama pagi
aku terdiam bersama kenangan
Yang menyelam dalam ingatan
di pagi ini,
kan kuhembuskan rindu itu
diam,
dan pulanglah
Loksado, 2011
Lingkaran tanaman (dari bahasa Inggris:Crop circles) adalah suatu pola teratur yang terbentuk secara misterius di area ladang tanaman, seringkali hanya dalam waktu semalam. Fenomena ini pertama kali ditemukan di Inggris pada akhir 1970, dengan bentuk pola-pola lingkaran sederhana. Pada masa-masa setelahnya, pola-pola tersebut kini cenderung bertambah rumit dan tidak terbatas hanya pada hanya bentuk lingkaran. Namun karena mengacu pada asal-usulnya, maka istilah lingkaran tanaman ini masih dipertahankan.
Mereka yang mempelajari fenomena lingkaran tanaman ini sering disebut juga dengan istilah "cerealogis", dan ilmu yang mempelajari fenomena ini disebut dengan cereolog. Para Cerealogis kemudian mengembangkan istilah baru untuk fenomena ini, yaitu agriglif.
Misterius, itulah yang tertanam di banyak orang di dunia saat ini. Akan tetapi, apakah kita sudah benar-benar terpengaruh anggapan media dan kebanyakan suara orang tentang kerumitan pembuatan circle ini. Apakah hanya begini saja keberanian pemikiran dan tindakan kita. dengan kata lain, Apakah kita menyerah pada rumor UFO tersebut? Hanya kita belum tau dan tidak berani berfikir bagaimana membuatnya.
Disini kita akan tau bagaimana membuat suatu seni visual yang dikatakan orang "spektakuler" tersebut. tinggal menyiapkan beberapa alat dan ketekunan, semua itu bisa dibuat.
Jadi, langsung saja persiapkan beberapa alat dan beberapa rumus matematika untuk pedoman. mengingat, crop circle membutuhkan ketepatan dan kerapian.
1.Tongkat/Tonggak utama.
Gunakan sebesar keinginan, jika ingin lebih besar CC mu, gunakan tonggak utama lebih besar.
2. Tonggak serpihan
dalam CC ada banyak motif-motif yang bersumber pada bentuk lingkaran. disinilah guna poros tonggak.
3. Tali kawat
Untuk menarik ukuran dan garis-garis CC
4. Pipa besi
Untuk merobohkan objek. seperti padi, jagung dll. jangan lupa untuk mengecor pipa besi tsb agar lebih berat.
5. Goloh yang panjang dan Tajam
Untuk memotong dahan objek yang telah rubuh. Harus setajam mungkin, agar hasil lebih rapi.
6. rumus Diagonal dan Simetri
Untuk menentukan panjang dan diameter.
7. Busur derajat
Untuk menentukan poros dan sudut CC mu.
8. Semangat Intelegent
Agar pekerjaanmu sesunyi pekerjaan Intelegent(agar orang tidak curiga).
Selamat mencoba dan mengotak - atik kreasimu. hasil tergantung jam terbang serta kebekaan naluri matematika serta senimu.
Selamat mencoba.