Kamis, 29 November 2012

Media Online di PPMI era kekinian



  
Media menjadi bagian yang amat penting dalam kehidupan manusia saat ini. Akselerasi hidup yang menuntut manusia untuk harus serba cepat, berakibat pada arus informasi yang diminta pun semakin deras. Inilah yang dinamakan dromologid – dunia yang dilipat. Piliang, sang maestro seni rupa dari Bandung mengatakan, ”Dimana kehidupan menuntut perjalanan dan akses informasi berjalan bak roket, melesat, dan melewati batas-batas tanpa batas. Kita duduk saja di dalam kamar berarti bukan hanya duduk statis, tapi kita bisa mengoperasikan dunia hanya melalui PC dan Internet. Bahkan persoalan yang sepele seperti mengganti chanel televisi kita membutuhkan remote control, bukan tunning lagi.
Dalam bukunya, Alfin Tofler mangatakan bahwa perkembangan dunia dimulai dari pertanian, menuju industrialisasi, dan terakhir adalah informasi dan komunikasi, seterusnya hanyalah pengembangan dan penyempurnaan dari dunia informasi dan komunikasi, tidak ada yang lain. Mari kita bayangakan, disana-sini orang membutuhkan media untuk memperoleh informasi. Tentang segala hal. Sesuai dengan salah satu fungsi media, to inform. Dengan kata lain tak ada lagi hal di dunia ini yang akan lebih kuat dari pada pengaruh media, sebagai penyalur informasi dan komunikasi yang akan merubah pandangan publik tentang hal apapun. Realitas nyata akan tergantikan oleh realitas media.
Dahulu, perceraian merupakan hal yang sangat memalukan bagi seluruh masyarakat, namun seiring banyaknya media yang memberitakan kasus perceraian para artis yang di kemas sedemikian rupa, menjadikan perceraian sebagai hal yang biasa dan lumrah terjadi di Indonesia. Hal ini juga kita bias kita lihat pada Perang Dunia I, propaganda dilakukan dengan selebaran dan brosur yang ditebarkan melalui pesawat terbang untuk menginformasikan kekuatan angkatan bersenjatanya sehingga membuat takut musuh. Hitler juga merupakan sosok yang faham akan pentingnya media massa dengan propagandanya yang sangat terkenal di radio-radio seluruh Jerman. Dan kita bisa melihat sendiri bagaimana kemerdekaan bangsa Indonesia bisa diketahui oleh orang-orang yang ada di luar pulau satu minggu-satu bulan setelah 17 Agustus 1945 melalui radio-radio bawah tanah yang digunakan oleh Pemuda untuk mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.

Akan tetapi, arus perebutan pengaruh publik yang dahulunya dipegang oleh beberapa bentuk media, dari media cetak, radio, televisi dan sekarang menuju komunitas yang sangat besar, dunia maya (internet). Dengan datangnya internet dan segudang kelebihnnya, dari tidak terbatasnya konten atau isi yang tersedia, hingga virus social networking yang menghipnotis ratusan juta orang untuk selalu memelototi media ini. Perhatian publik seolah-olah berganti ke media online. Dimana arus informasi datang jauh lebih cepat dari media yang lain.
“Tak ada hari tanpa online”, itulah kalimat yang paling cocok untuk masa kini. Jadi, apapun yang hadir ditengah masyarakat yang gandrung dunia online, akan lebih dulu dan lebih cepat diterima. Hal ini jelas akan memperkuat media online sebagai penguasa media informasi dan komunikasi saat ini.

 Meskipun demikian, keberadaan media online di era globalisasi seperti sekarang ini bukan berarti mematikan industry media lain (cetak dan elektronik) walaupun Survei Kementerian Komunikasi dan Informasi menunjukkan hasil yang mengagetkan. Oplah koran yang semula 6 juta eksemplar di awal reformasi, kemudian pada th 2003 tinggal 4,3 juta eksemplar. Bahkan, total tiras penerbitan yang semula 14 juta eksemplar kini berada pada kisaran 7 jutaan eksemplar.
Bukan menjadi saingan karena setiap media (cetak, elektronik dan online) memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga pangsa pasar dari ketiga media tersebut berbeda, media cetak misalnya, masih mempunyai kelebihan. Diwilayah  analisa lebih tajam, membuat orang benar-benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih mendalam tentang isi tulisan. Begitu  pula televisi, masih memiliki fans yang masih sangat banyak.
Akan tetapi jika kita lihat melalui sudut pandang budget, media online tetap akan menduduki peringkat teratas bagi media termurah. Meskipun murah, porsi pengaruh terhadap publik tak kalah dari media mahal seperti cetak ataupun audio visual (telefisi).
Disinilah peran kreatif orang-orang penggiat kebenaran yang memiliki keterbatasan modal untuk mengungkapkan kebenarannya. Karena media cetak serta televisi telah di kuasai oleh pemodal, yang  tak lebih kepentingannya hanyalah oportunitas belaka. Kita sebagai insane yang mencoba berbuat sedikit untuk kebenaran di bidang pers, akan hanya menjadi secuil pasir di bidang media jika masih ngotot menggunakan media lama (cetak) dibandingkan kekuatan-kekuatan besar di luar sana.
Dengan murahnya media online, dan efek yang akan ditimbulkan menjadi suatu tantangan untuk dimanfaatkan. Karena hakekatnya, kita ada sekarang, adalah untuk perang media. Karena kitya sadari bersama, media mampu membentuk realitasnya sendiri yang di sebut sebagai realitas media. Dn pengaruh media akan sangat berpengaruh bagi keadaan masyarakat kita.
PPMI sebagai wadah dari seluruh Lembaga Pers Mahasiswa seluruh Indonesia yang berorientasi pada pemberitaan / jurnalistik. Untuk membawakan kepada khalayak umum suatu kebenaran. Hal ini tidak akan bisa terlepas dengan apa yang disebut media dan opini publik. Menurut Mc. Lughan, Medium is a massage. Media adalah pesan.

Dari hal tersebut, dapat dijadikan landasan bahwa media yang kita punya,  menjadi suatu ujung tombak dari fakta yang ada. Untuk memperebutkan pengaruh publik. Untuk mempertahankan publik agar tidak jauh meninggalkan realitas sebenarnya. Kebenaran.

Ibaratkan PPMI adalah sebuah senapan, maka media adalah proyektilnya.yang melesat dari beragam proses yang terjadi di dalam senapan. Seperti itu lah kiranya persamaannya. di Media PPMI segala sesuatu isu yang dikawal, pemikiran, sertagagasan yang dikeluarkan dari Lembaga Pers Mahasiswa. Mengingat efisiensi kinerja media yang dipilih PPMI adalah media online selain dari wilayah kecepatan media online kita anggap sebagai media yang paling murah. Tinggal bagaimana kita cermat dalam mengelolanya. Dari sini, harapan kekuatan kecil kita akan didengar publik tidak akan lagi menjadi harapan kosong.

Salam Pers Mahasiswa!!!

Defy Firman Al Hakim

0 komentar:

Posting Komentar