Minggu, 01 Desember 2013

Kepada er

Rasakan sebab ia akan berdenyut pelan-pelan didadamu; dada seorang lelaki. Karena merasakan dan menantangnya adalah sebaik-baik pahit kopi. Membuat matamu nyalang dari biasanya; membuat langkahmu sebaik kuda-kuda.

Kasih sayang tuhan ada pada wangi wingit yang terhirup bersama kopimu. Rokok yang kau hisap pelan dan kau remas filternya dengan gemas. Hey, er, kamu hanya sedang lupa: dia adalah perempuan sebagaimana kebanyakan yang telah lama dikalahkan logikanya sendiri, rumus, dan angka-angka yang dikira mengobati sejarah dan menggosok masa silam.

Ia tak akan tau bagaimana akar pada rambut orang gila menyembuhkan kutuk teluh dosa turunan. Pada kening & rambut suramorang gila, mengalir air kelapa yg menyembuhkan racun kesialan dari dosakakek-nenek. Di dada mereka yang gila, ada kutub kesabaran; tempat segala dingin berpusar: meredakan apimu yg melahap ujung jari kaki hingga rambutmu.

Seperti kataku dulu; hitunganku dulu. Maka simpansaja api itu di dadamu. Tetenger yang mengingatkanmu: ini bukan telenovela; ftv yang menyemenye.

ABCDE perempuan telah lama kita bicarakan, bukan? Cuma kau yang perlu sakit, meradang, dan terpontang-panting menahan keruntuhan; kekalahan; menggelepar menahan perih yang tak akan sembuh dengan suwuk bismillah ibumu yang juga menangisimu.

Doakan saja semoga tangisnya berhenti secepatnya. Matanyaharus bersinar menyambut para tamu yang datang. Doakan tangisnya berhenti agartak membuat tubuhnya kisut. Bukankah dia akan didandani cantik sekali. Lebih cantikdari saat kau pertama kali mabuk melihat senyumnya.

Kau tau, di sini kopiku tiba-tiba menjadi dingin. Dadaku terbakar. Aku pun tak bisa menguasai diriku. Sepilar? Bagaimana menurutmu? Menarik, bukan? Atau bungur, kletek, yakobus, atau apa saja yang membuat kau tertawa. Ini sudah pagi, sebaiknya kautidur.  

0 komentar:

Posting Komentar