Senin, 19 Oktober 2009

Metro TV dan TV One Sebagai Senjata Golkar ?

Pemilihan ketum Golkar kemarin semakin menjelaskan bahwa Golkar memiliki Senjata ampuh untuk memunculkan citranya sebagai salah satu partai kelas kakap. Setiap hari,setiap jam dan setiap waktu beberapa media terus memblow up hal ini. Seakan-akan hali tersebut adalah hal terpenting yang harus orang lain ketahui. Mungkin sebelumnya masyarakat tidak seberapa mengurusi hal ini. Tapi lama kelamaan rasa kebosanan itu muncul.ketika 2 stasiun swasta terus menerus menampilkan prosesi pemilihan ini. Padahal sebagian besar masyarakat tidak membutuhkan hal ini.
Hal inilah yang mungkin tidak disadari orang banyak bahwa kita sedang didoktrin dan di tancapkan dalam benak kita bahwa Golkar itu ada. Dan pada sesi ini, masyarakat tidak bisa memilih berita lain. Dikarenakan kedua media ini bisa dikatakan media berita yang terbaik. Ketika dikaitkan dengan etika komunikasi media massa, ini adalahvcara potitioning partai golkar dalam benak halayak.
Hal ini tidak terlepas dari pemilik kedua stasiun televisi ini. Masing-masing stasiun memiliki tujuan sendiri-sendiri dalam menampilkan siapa-sia[pa yang akan di tampilkan. Kebetulan kedua pemiliknya adalah para calon ketua umum partai berpohon beringin ini. Jelas perang dingin terjai di keduanya. Disatu sisi menampilkan keindahan Surya Paloh,Di satu sisi lain menampilkan kedermawanan Aburizal Bakrie.
Entah semua ini memang untuk memenuhi fungsi media sebagai to inform, atau memang pyur sebagai pedang politik golkar. Jika memang benar hal ini sebagai pedang golkar,sangatlah tajam fungsinya. Bhan takagaimana tidak, selama proses pemilihan tidak henti-hentinya golkar mampang di kedua stasiun tv ini.
Tidak ini saja dampak dari pedang partai ini. Pelantikan Ketua DPRD Purwakarta pun Terhambat oleh Munas Golkar. Bisa kita bayangkan bagaimana kekuatan media dalam mempengarauhi opini publk terhadap pentingnya Munas Golkar.
Dalam kasus ini nampaknya fungsi media sudah diperhatikan. Akan tetapi kedua media ini terlalu hiper active dalam meluapkan berita ini kehalayak umum. Sehingga Nampak kurang memperhatikan Etika Media massa. Karena sehendaknya media harus independen dalam menanggapi kegiatan politik.
Akan tetapi salah satu pemikir yakni John nisbit dalam bukunya “Global Paradox” mengakataka bahwa Media tidak akan pernah lepas dari konfrontasi ekonomi dan politik. Jdi mungkin hal ini adalah salah satu bukti dari teori tersebut. red

0 komentar:

Posting Komentar