Dalam perkembangannya Politik atau lebih tepatnya filsafat poltik mengalami pasang surut. Akan tetapi disaat ini sudah tidak ada filsafat-filsafat politik sehandal dan se exclusive Mark dan Mill.
Peter Laslett dan Robert A. Dahl berkata bahwa politik saat ini sudah terpojok bahkan sudah “mati”.kemunduran ini sudah barang baru lagi dalam pembahasan di pusat awal ilmu filsafat politik ( oxford )dilahirkan. Memang hal ini tidak terlepas dari “belum adanya masalah sosial /konflik yang besar”. Karena Easton berpendapat pendapat –pendapat para filsafat jaman dulu tidak terlepas dari adanya konflik sosial yang melebar dan besar. Dan hal inilah yang memaksa mereka untuk mengeluarkan pemikiran-pemikiran yang baru.
Hal ini sesuai dengan stetment Anwar el Sadat “ He cannot change the very fabric of his thought will never be able to change reality,and will never,therefore,make any progress “. Jelas pemikir jaman dahulu dipaksa untuk berpikir diluar hal yang ada (thinking outside the box ).Akan tetapi yang ada saat ini para politisi hanya memakai gagasan-gagasan lama.dan untuk mengembangkan pemikiran baru amatlah kecil.
Sebab-sebab Utama Kemrosotan Teory Politik
Sekali lagi Eston mengatakan hal penyebab merosotnya hal ini adalah kebiasaan para peneliti meneliti konsep-konsep yang sudah usang dan tidak valid lagi. Padahal diutuhkan pemikiran-pemikairan yang baru agar mampu memenuhi kebutuhan mereka.
Menurut Eston suatu teori tidak saja menuruti nilai saja tetapi fakta pun harus disistematiskan dasar-dasar enpirisnya. Sehingga akhirnya menjadikan suatu kesimpulan bahwa Teori politik ternyata lebih spekulatif dan kurang berlandaskan pada observasi yang seksama terhadap perstiwa politik value Theory.
Historisisme
Dalam kemalasannya terhadap penulis-penulis yang masih menjunjung tinggi teori lama, dia membagi ny dalam 4 rupa, yaitu :
1. Penganut faham kelembagaan
2. Interkasionis
3. Materealis (mencoba lebih memahami matrix budaya )
4. Lindsay (lebih mencoba tertarik olel nilai kontemporer tertentu seperti demokrasi)
Keempat bentuk pemikir ini sama-sama sama-sama masih mengjunjung tinggi kurikulum baru
Kondisi dunia kontemporer dengan keilmuan politik yang juga terlalu lama didominasi oleh hyperfaktualisme.Toynbee mengatakan bahwa hancurnya suatu peradaban mungkin berarti lahirnya suatu agama,tetapi hal itu tidak akan memuaskan ilmuan politik.Sementara kondisi internal politik terjadi kesalahan dalam hakikat pemikiran.Menurut Cobban semua pemikir besar masa lalu menulis dengan tujuan praktis dan dengan maksud untuk mempengaruhi tingkah laku politik yang sebenarnya. Kondisi dunia kontemporer dengan keilmuan politik yang juga terlalu lama didominasi oleh hyperfaktualisme.
Relativisme moral
Salah satu yang membuat merosotnya politik adalah Relativisme moral. Apa itu relativisme moral?yakni tumbuhnya sikap nisbi terhadap nilai (omong kosong terhadap nilai-nilai yang ada ).
Jika cobban menunjuk positivism adalah sebuah kemunduran dalam dunia politik ,maka Geronimo menyebut ideologi atau doktrin politik ebagai tambahan padaperiode awal.Tetapi Geronimo menganggap bahwa pada masa positivism,politik sedang timbul kembali walau pada beberapa tulisannya ada beberapa ilmuan politik yang menentang dengan tegas pernyataan tersebut.Reduksionisme ideoogis ditudingkan pada Tracy,Comte,dan Marx.Tracy adalh orang yang pertama mengemukakan istilah ideologi sebagai suatu ilmu untuk menentukan asal mula gagasan,sentio ergo sum(saya merasa,maka saya ada).Agust Comte,seorang ahl matematik dengan positivismenya,penerapan metide empiris dan ilmiah pada setiap lapangan penelitian.Comte percaya bahawa dunia tertata secara rasional,manusia meiliki penalaran yang cukup sehingga mereka menemukan hukum-hukum,manusia cukup berakal untuk kepntingan sendiri dan penalaran memungkinkan manusia menemuaka tujuan-tujuan nyata.Ia menafsirkan perkembangan sejarah terbagi dalam tiga tahap,tahp teologis,tahap metafisika,dan tahap positif atau ilmiah.Spencer menganggap Marxl adalh puncak reduksionisme ideologis,meng mengutarakan bahwa realita tidak mempunyai stuktur selain yang diterakan oleh produktif-praktis manusia.Marx menolak tiga sumber teosentris barat,filsafat yunani,yudaisme,dan Kristen.”bukan kesadaran yang menentukan kehidupan melainkan kuhidupan yang menntukan kesadaran”.Teori komunis bagi marx adalah senjata untuk menghancurkan mayarakat kelas.
Muncul gagasan baru tentang neo positivisme yang dikemukakan oleh mex weber pada permulaaan abad ke-20,yakni bahwa nilai nilai politik harus dipisahkan secara tegas dari riset empiris.Objectivity of Knowledge in Sosial Science and Social Policy.Ada variasi penekanan dan berdasarkan itu dia ingin membagi keilmuan politik dalam empat golongan utama,yakni:
1.secara relativ terbuka bad tidak dogmatis,seperti Weber dan Brecht
2.Kaum Hybristic,dipenuhi oeh kaum behavioritas dan tokoh tokoh perekayasa sosial (social enginers)seperti simon lasswell
3.kelompok Hiperfaktualistis yang bangga menamakan diririnya behavioralis,yang tidak begitu penting dan tak penya kecanggihan intelektual
4.kaum positivis Axiolos seperti Easton,Dwilight Waldo,dsan Cobban yang percay bahwa pertimbagan nilai tidak akan menjadi ilmiah,tetapi disamping itu meyakinkan bahwa tidak hanya merupakan kepantasan tapi juga keharusan bagi fihak ilmuan politik untuk melakukan spekulasi nilai.
Pad tahun 1960 pengaruh positivism menurun.Ragam ilmu gejala phenomenology, dan neorealisme.Sebagian disebabkan oleh radikalisme sosial baru dengan semangat moralistisnya yang kuat,sebagian karena kritik yang kuat pada obyektifitassosial dan netralitas niali terhadap kekurangan dasar ilmiahnyaTeori politik,perubahan dan kontinuitas jga turut mempengaruhi perjalanan perkembangan politik.
Teori Politik, Fisafat politik, dan Idiologi
Di dalam hal ini nilai-nilai penting artinya sehingga tidak boleh di indahkan begitu saja. Tidak jarang pula yang akan tergantung jika kita memperlakukan ilmu politik sebagai suatu bidang terpisah atau hanya sebagai suatu penerapan teori umum tentang lembaga-lembaga sosial.
Arti penting dari nilai sama halnya dengan pentingnya fakta dalam mempelajari filsafat politik. Nilai merupakan tujuan dari setiap teori dan ilmu pengetahuan yang nantinya akan berhubungan dengan sosial, atau dalam hal ini manusia. Untuk itu ilmuwan harus memikirkan pula dengan jalan apa tujuan itu akan bisa dicapai. Hal ini dimungkinkan hanya dengan bantuan sebuah teori sebab akibat yang memang berlaku secara umum yang mempelajari hubungan antar fakta. Tujuan yang berupa nilai tersebut akan tercapai dengan teori karena teori merupakan hasil pemikiran filusuf dan ilmuwan yang berdasarkan fakta.
Begitu penntingnya nilai, kita juga harus berfikir tentang fakta yang merupakan asal mula akan bertumbuhnya sebuah teori. Memang tidak semua fakta yang akan menimbulkan sebuah teori. Fakta-fakta yang berarti harus dipilih, untuk itu sebuah teori sebelum memilih fakta tersebut harus ada meskipun masih berada di alam bawah sadar. Ketika asumsi-asumsi tentang fakta itu muncul dari alam bawah sadar dan menjadi sebuah kesadaran maka akan muncul sebuah teori. Untuk itu fakta dapat diartikan sebagai “kenyataan yang khusus di susun untuk kepentingan teori”. Sangat subjektif dari ilmuwan yang sedang memikirkan arti sebuah fakta untuk sebuah teori.
Karena masyarakat semakin maju dengan pertumbuhan teknologo dan komunikasi orang jelas memerlukan teori politik lebih banyak. Kecuali oada masyarakat promitiv yang hanya bergantung pada kebiasaan ,dan tanpa filsafat praktis yang sistematis.Burke.
Peter Laslett dan Robert A. Dahl berkata bahwa politik saat ini sudah terpojok bahkan sudah “mati”.kemunduran ini sudah barang baru lagi dalam pembahasan di pusat awal ilmu filsafat politik ( oxford )dilahirkan. Memang hal ini tidak terlepas dari “belum adanya masalah sosial /konflik yang besar”. Karena Easton berpendapat pendapat –pendapat para filsafat jaman dulu tidak terlepas dari adanya konflik sosial yang melebar dan besar. Dan hal inilah yang memaksa mereka untuk mengeluarkan pemikiran-pemikiran yang baru.
Hal ini sesuai dengan stetment Anwar el Sadat “ He cannot change the very fabric of his thought will never be able to change reality,and will never,therefore,make any progress “. Jelas pemikir jaman dahulu dipaksa untuk berpikir diluar hal yang ada (thinking outside the box ).Akan tetapi yang ada saat ini para politisi hanya memakai gagasan-gagasan lama.dan untuk mengembangkan pemikiran baru amatlah kecil.
Sebab-sebab Utama Kemrosotan Teory Politik
Sekali lagi Eston mengatakan hal penyebab merosotnya hal ini adalah kebiasaan para peneliti meneliti konsep-konsep yang sudah usang dan tidak valid lagi. Padahal diutuhkan pemikiran-pemikairan yang baru agar mampu memenuhi kebutuhan mereka.
Menurut Eston suatu teori tidak saja menuruti nilai saja tetapi fakta pun harus disistematiskan dasar-dasar enpirisnya. Sehingga akhirnya menjadikan suatu kesimpulan bahwa Teori politik ternyata lebih spekulatif dan kurang berlandaskan pada observasi yang seksama terhadap perstiwa politik value Theory.
Historisisme
Dalam kemalasannya terhadap penulis-penulis yang masih menjunjung tinggi teori lama, dia membagi ny dalam 4 rupa, yaitu :
1. Penganut faham kelembagaan
2. Interkasionis
3. Materealis (mencoba lebih memahami matrix budaya )
4. Lindsay (lebih mencoba tertarik olel nilai kontemporer tertentu seperti demokrasi)
Keempat bentuk pemikir ini sama-sama sama-sama masih mengjunjung tinggi kurikulum baru
Kondisi dunia kontemporer dengan keilmuan politik yang juga terlalu lama didominasi oleh hyperfaktualisme.Toynbee mengatakan bahwa hancurnya suatu peradaban mungkin berarti lahirnya suatu agama,tetapi hal itu tidak akan memuaskan ilmuan politik.Sementara kondisi internal politik terjadi kesalahan dalam hakikat pemikiran.Menurut Cobban semua pemikir besar masa lalu menulis dengan tujuan praktis dan dengan maksud untuk mempengaruhi tingkah laku politik yang sebenarnya. Kondisi dunia kontemporer dengan keilmuan politik yang juga terlalu lama didominasi oleh hyperfaktualisme.
Relativisme moral
Salah satu yang membuat merosotnya politik adalah Relativisme moral. Apa itu relativisme moral?yakni tumbuhnya sikap nisbi terhadap nilai (omong kosong terhadap nilai-nilai yang ada ).
Jika cobban menunjuk positivism adalah sebuah kemunduran dalam dunia politik ,maka Geronimo menyebut ideologi atau doktrin politik ebagai tambahan padaperiode awal.Tetapi Geronimo menganggap bahwa pada masa positivism,politik sedang timbul kembali walau pada beberapa tulisannya ada beberapa ilmuan politik yang menentang dengan tegas pernyataan tersebut.Reduksionisme ideoogis ditudingkan pada Tracy,Comte,dan Marx.Tracy adalh orang yang pertama mengemukakan istilah ideologi sebagai suatu ilmu untuk menentukan asal mula gagasan,sentio ergo sum(saya merasa,maka saya ada).Agust Comte,seorang ahl matematik dengan positivismenya,penerapan metide empiris dan ilmiah pada setiap lapangan penelitian.Comte percaya bahawa dunia tertata secara rasional,manusia meiliki penalaran yang cukup sehingga mereka menemukan hukum-hukum,manusia cukup berakal untuk kepntingan sendiri dan penalaran memungkinkan manusia menemuaka tujuan-tujuan nyata.Ia menafsirkan perkembangan sejarah terbagi dalam tiga tahap,tahp teologis,tahap metafisika,dan tahap positif atau ilmiah.Spencer menganggap Marxl adalh puncak reduksionisme ideologis,meng mengutarakan bahwa realita tidak mempunyai stuktur selain yang diterakan oleh produktif-praktis manusia.Marx menolak tiga sumber teosentris barat,filsafat yunani,yudaisme,dan Kristen.”bukan kesadaran yang menentukan kehidupan melainkan kuhidupan yang menntukan kesadaran”.Teori komunis bagi marx adalah senjata untuk menghancurkan mayarakat kelas.
Muncul gagasan baru tentang neo positivisme yang dikemukakan oleh mex weber pada permulaaan abad ke-20,yakni bahwa nilai nilai politik harus dipisahkan secara tegas dari riset empiris.Objectivity of Knowledge in Sosial Science and Social Policy.Ada variasi penekanan dan berdasarkan itu dia ingin membagi keilmuan politik dalam empat golongan utama,yakni:
1.secara relativ terbuka bad tidak dogmatis,seperti Weber dan Brecht
2.Kaum Hybristic,dipenuhi oeh kaum behavioritas dan tokoh tokoh perekayasa sosial (social enginers)seperti simon lasswell
3.kelompok Hiperfaktualistis yang bangga menamakan diririnya behavioralis,yang tidak begitu penting dan tak penya kecanggihan intelektual
4.kaum positivis Axiolos seperti Easton,Dwilight Waldo,dsan Cobban yang percay bahwa pertimbagan nilai tidak akan menjadi ilmiah,tetapi disamping itu meyakinkan bahwa tidak hanya merupakan kepantasan tapi juga keharusan bagi fihak ilmuan politik untuk melakukan spekulasi nilai.
Pad tahun 1960 pengaruh positivism menurun.Ragam ilmu gejala phenomenology, dan neorealisme.Sebagian disebabkan oleh radikalisme sosial baru dengan semangat moralistisnya yang kuat,sebagian karena kritik yang kuat pada obyektifitassosial dan netralitas niali terhadap kekurangan dasar ilmiahnyaTeori politik,perubahan dan kontinuitas jga turut mempengaruhi perjalanan perkembangan politik.
Teori Politik, Fisafat politik, dan Idiologi
Di dalam hal ini nilai-nilai penting artinya sehingga tidak boleh di indahkan begitu saja. Tidak jarang pula yang akan tergantung jika kita memperlakukan ilmu politik sebagai suatu bidang terpisah atau hanya sebagai suatu penerapan teori umum tentang lembaga-lembaga sosial.
Arti penting dari nilai sama halnya dengan pentingnya fakta dalam mempelajari filsafat politik. Nilai merupakan tujuan dari setiap teori dan ilmu pengetahuan yang nantinya akan berhubungan dengan sosial, atau dalam hal ini manusia. Untuk itu ilmuwan harus memikirkan pula dengan jalan apa tujuan itu akan bisa dicapai. Hal ini dimungkinkan hanya dengan bantuan sebuah teori sebab akibat yang memang berlaku secara umum yang mempelajari hubungan antar fakta. Tujuan yang berupa nilai tersebut akan tercapai dengan teori karena teori merupakan hasil pemikiran filusuf dan ilmuwan yang berdasarkan fakta.
Begitu penntingnya nilai, kita juga harus berfikir tentang fakta yang merupakan asal mula akan bertumbuhnya sebuah teori. Memang tidak semua fakta yang akan menimbulkan sebuah teori. Fakta-fakta yang berarti harus dipilih, untuk itu sebuah teori sebelum memilih fakta tersebut harus ada meskipun masih berada di alam bawah sadar. Ketika asumsi-asumsi tentang fakta itu muncul dari alam bawah sadar dan menjadi sebuah kesadaran maka akan muncul sebuah teori. Untuk itu fakta dapat diartikan sebagai “kenyataan yang khusus di susun untuk kepentingan teori”. Sangat subjektif dari ilmuwan yang sedang memikirkan arti sebuah fakta untuk sebuah teori.
Karena masyarakat semakin maju dengan pertumbuhan teknologo dan komunikasi orang jelas memerlukan teori politik lebih banyak. Kecuali oada masyarakat promitiv yang hanya bergantung pada kebiasaan ,dan tanpa filsafat praktis yang sistematis.Burke.