Senin, 19 Maret 2012
Minggu, 18 Maret 2012
Ledakan hambar
Petasan yang garang berdiri bangga membusungkan dada. Berjambul agak panjang nongkrong dengan muka sesangar mungkin. "Aku anti dengan hujan", katanya.
Mendekil di balik lapak dekat bensin dan rokok. Berharap hujan segera reda dan kembali tampil dengan mukanya yang terbanggakan. Sesudah terang, harapan matahari agar segera muncul menerpa setiap kelembapan. Sebab, lembab jauh dari kegarangan petasan.
Kering hadir dengan angin keringnya. Waktu yang benar-benar dinanti rupanya hadir dengan senyum janggal. Kita seharusnya curiga. Tapi dengan kekeh yang kering pula, semangat menanjak pada ulu sjambulnya. yah, kita biasa menamai jambul itu sumbu. Diambilnya korek. bermerek TOKAI. Merek korek api yang paling disegani oleh para perokok. Murah, tetapi sekali gesek, langsung menyinari. apinya tak tanggung-tanggung. bisa di setel hingga mengepul ke ujung alis.
Kodok lewat. Senyum membumbung ke arah petasan. Hambar, dengan bibir agak miring. Kiri keatas, kanan ke bawah, dengan sedikit menaikkan retina. Senyuman yang sangat menghina. Serupa hinaan orang Timur yang tipis dan dalam. Aih, memuncaklah sang petasan dengan TOKAInya.
Disulutlah jambulnya. sambil menggarangkan wajah, menuju Kodok. "Matilah kau".
Sambil bergelinding, dia berpindah tyempat. Sigaplah Sang kodok dengan kaki terkutuknya. Lompatlah dia.
Sudah sampai di tempat yang dituju, petasan resah dengan bara sumbunya yang semakin dekat. Mukanya pucat pasih. Pikirnya tak karuan. "Akan Jadi apa aku nanti stelah semua ini?", tanyanya pada hati. "Duh gusti.. tak lama lagi, sumbu ini akan habis di kepalaku", tambahnya.
Satu detik, dua detik dan tiga. Kembalilah ketenangan setelah gelegar itu.
Surabaya, 2012
Mendekil di balik lapak dekat bensin dan rokok. Berharap hujan segera reda dan kembali tampil dengan mukanya yang terbanggakan. Sesudah terang, harapan matahari agar segera muncul menerpa setiap kelembapan. Sebab, lembab jauh dari kegarangan petasan.
Kering hadir dengan angin keringnya. Waktu yang benar-benar dinanti rupanya hadir dengan senyum janggal. Kita seharusnya curiga. Tapi dengan kekeh yang kering pula, semangat menanjak pada ulu sjambulnya. yah, kita biasa menamai jambul itu sumbu. Diambilnya korek. bermerek TOKAI. Merek korek api yang paling disegani oleh para perokok. Murah, tetapi sekali gesek, langsung menyinari. apinya tak tanggung-tanggung. bisa di setel hingga mengepul ke ujung alis.
Kodok lewat. Senyum membumbung ke arah petasan. Hambar, dengan bibir agak miring. Kiri keatas, kanan ke bawah, dengan sedikit menaikkan retina. Senyuman yang sangat menghina. Serupa hinaan orang Timur yang tipis dan dalam. Aih, memuncaklah sang petasan dengan TOKAInya.
Disulutlah jambulnya. sambil menggarangkan wajah, menuju Kodok. "Matilah kau".
Sambil bergelinding, dia berpindah tyempat. Sigaplah Sang kodok dengan kaki terkutuknya. Lompatlah dia.
Sudah sampai di tempat yang dituju, petasan resah dengan bara sumbunya yang semakin dekat. Mukanya pucat pasih. Pikirnya tak karuan. "Akan Jadi apa aku nanti stelah semua ini?", tanyanya pada hati. "Duh gusti.. tak lama lagi, sumbu ini akan habis di kepalaku", tambahnya.
Satu detik, dua detik dan tiga. Kembalilah ketenangan setelah gelegar itu.
Surabaya, 2012
Langganan:
Postingan (Atom)